“Di antara manusia
ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian', padahal
mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu
Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya
sendiri, sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al Baqarah: 8 9)
Orang munafik adalah orang yang berpura-pura mengikuti ajaran agama Islam namun sebenarnya tidak mengakuinya dalam hatinya.
Kata 'Nifaq' yang merupakan masdar dari 'munafik' sendiri berarti lubang di tanah. Secara dzahir, atau yang nampak dari luar lubang itu terlihat biasa saja, tetapi apabila kita masuk ke dalamnya maka akan terasa panas (gerah). Dengan kata lain, orang munafik atau memiliki sifat nifaq adalah orang yang seolah olah tenang dan tenteram hidup dalam Islam, tetapi dia merasa gerah dengan kepura-puraannya
Nifaq adalah penyakit yang berbahaya dan merupakan dosa besar, karena ia menampakkan diri sebagai seorang muslim, sementara di bathinnya ia kafir. Mereka adalah orang-orang yang tidak punya pendirian, tidak konsisten dan selalu terombang-ambing oleh keadaan. Mereka bagaikan domba tersesat yang tidak tahu ke mana mesti melangkah. Orang munafik akan selalu berada dalam keadaan bingung dan hati yang resah untuk melakukan tipu daya dan dusta.
Allah SWT telah menjelaskan karakter mereka, ”Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka (pemimpin-pemimpin mereka), mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok ( orang-orang yang beriman itu)”. (QS. Al-Baqarah:14)
Dalam salah satu riwayat menyebutkan bahwa ayat ini membongkar watak munafik Abdullah bin Ubay bin salul dan kawan-kawannya, dalam peristiwa sebagai berikut: Pada suatu hari di saat mereka bertemu dengan beberapa shahabat Nabi SAW, Abdullah bin Ubay berkata kepada teman-temannya: "Lihatlah, bagaimana caranya aku mempermainkan mereka yang bodoh-bodoh itu!" Ia pun mendekat dan menjabat tangan Abu Bakar sambil berkata. "Selamat wahai pembesar Bani Taim dan Syaikhul Islam dan orang kedua beserta Rasulullah di gua (Tsur) yang mengorbankan jiwa dan harta bendanya untuk Rasulullah."
Kemudian ia menjabat tangan Umar sambil berkata: "Selamat wahai pembesar Bani Adi bin Ka'ab yang mendapat gelaran al-Faruq, yang kuat memegang Agama Allah, yang mengurbankan jiwa dan harta bendanya untuk Rasulullah." Kemudian ia menjabat tangan Ali bin Abi Thalib sambil berkata: "Selamat wahai saudara sepupu Rasulullah, menantunya, dan pembesar bani Hasyim sesudah Rasulullah."
Setelah itu mereka berpisah dan berkatalah Abdullah bin Ubay kepada kawan-kawannya. "Sebagaimana kamu lihat perbuatanku tadi, jika kamu bertemu dengan mereka, berbuatlah seperti apa yang telah kulakukan." Kawan-kawannya pun memuji-muji Abdullah bin Ubay. Setibanya Kaum Muslimin (Abu Bakar, Umar dan Ali) kepada nabi SAW mereka memberitahukan peristiwa tadi, maka turunlah ayat tersebut di atas.
Sepak terjang orang-orang munafik hanya berputar untuk kemaslahatan mereka, mereka adalah orang-orang hipokrit dan oportunis. Jika mereka bertemu dengan orang-orang mukmin mereka menampakkan iman untuk melakukan tipu daya dan mencari muka agar mendapatkan kebaikaan dari orang orang mukmin, sebaliknya jika bertemu dengan tokoh-tokohnya, mereka menampakkan kekafirannya itu.
Mereka lebih berbahaya daripada orang kafir, siksaannya pun lebih pedih. Sebagaimana firman Allah SWT: "Sesungguhnya orang- orang munafik itu ditempatkan pada jurang neraka yang paling dalam."(QS. An-Nisaa: 145).Mereka senang menghina orang-orang yang taat dengan ungkapan yang mengandung cemoohan dan celaan. Oleh kerananya, dalam majlis pertemuan mungkin kita temui orang munafik yang hanya memperbincangkan sepak terjang orang-orang soleh dan orang-orang yang konsisten terhadap Al-Quran dan As-Sunnah. Baginya seakan-akan tidak ada yang lebih penting dan menarik selain memperolok-olok orang-orang yang taat kepada Allah SWT.
Mereka mengaku memiliki pemahaman tajam, intelegensi yang tinggi, pengetahuan yang besar terhadap beberapa kasus yang harus ditangani dan diselesaikan. Dengan klaim ini, munafiqin mengejek mujahidin dengan tuduhan berwawasan sempit, sedikit ilmu, dan pemahaman rendah. Mereka merasa bangga karena dapat berteman dengan Israel, serta menganggap orang-orang yang memusuhi zionis Israel, berjuang menolong saudaranya di Palestina dan membebaskan Masjid Al-aqsha sebagai orang-orang bodoh.
Mereka menolak
mengikuti kebenaran karena orang-orang lemah dan kaum fakir miskin mendahului
mereka dalam beriman. Maka jiwa mereka yang kotor merasa terlecehkan jika
disejajarkan dengan orang-orang itu, padahal Allah SWT telah muliakan
dengan cahaya iman dan nyamannya aqidah. Allah SWT menjabarkan karakter mereka,
”Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana
orang-orang lain telah beriman." Mereka menjawab: "Apakah kami harus
beriman sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah,
sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.”
(QS. Al-Baqarah: 13). Mereka selalu mencari-cari kesalahan muslimin, mencari
celah agar dapat menghancurkan muslimin dari dalam. Orang munafik juga senang
memperbesar peristiwa atau kejadian.
Jika ada orang muslim yang tergelincir lisannya, secara tidak sengaja berkata salah, maka datanglah si munafik dan memperbesarkannya dalam majelis-majelis pertemuan. "Apa kalian tidak mendengar apa yang telah dikatakan si fulan itu?" Lalu, dia pun menirukan kesalahan tersebut. Padahal, dia sendiri mengetahui bahwa orang itu mempunyai banyak kebaikan dan keutamaan, akan tetapi si munafik itu tidak akan mau mengungkapkannya kepada masyarakat.
Saat ini kaum muslimin di seluruh jagad raya ini sedang menghadapi suatu serangan hebat dari musuhnya yang dikomandoi Amerika Serikat dan disetir oleh Yahudi Israel. yaitu sebuah perang opini, pemikiran dan perang fisik nyata di lapangan pertempuran di beberapa tempat. Isu terorisme dijadikan suatu pembenaran untuk melakukan apa saja yang memungkinkan dapat menghancurkan dan memusnahkan umat Islam dan segala kebenaran ajarannya. Mereka ini dapat kita kategorikan sebagi musuh yang nyata dan kita dapat menghadapinya dengan nyata pula.
Namun permasalahan besar yang timbul adalah munculnya orang-orang munafik yang menggerogoti Islam dan umatnya dari dalam tubuh umat Islam itu sendiri. Mereka mulai menampakkan taringnya ketika umat terpojok oleh pihak musuh. Mereka berusaha mengambil keuntungan tersendiri dari keadaan yang tidak menguntungkan bagi kaum muslimin saat ini. Kita mungkin sangat sulit mengenal mereka secara detail dan rinci.
Walaupun begitu, kita dapat mengetahui tanda-tanda mereka yang nampak, yaitu sebagaimana Rasulullah SAW menjelaskan tanda-tanda orang munafik;
1. Berbohong. Bohong
adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Orang munafik
tidak akan merasa bersalah karena berbohong. Karena hal itu adalah alat dia
untuk bisa bergaul dengan muslimin dan memecah-belah serta menghancurkan
muslimin, seandainya mereka bisa.
2. Ingkar Janji.
Mereka sangat mudah berjanji, bahkan bersumpah dengan mengatasnamakan Allah
untuk mencapai maksud dan tujuan. Ucapannya tidak bisa dipegang.
3. Berhianat. Khianat
mungkin yang paling berat kelasnya dibandingkan dengan sifat tukang bohong dan
tukang ingkar janji. seperti penghianatan orang-orang munafik madinah ketika
terjadi perang khandak.
Mereka sudah mengadakan perjanjian untuk melawan orang luar madinah yang menyerang madinah, tapi mereka justru memfasilitasi musuh Islam untuk menyerang muslimin. Hati mereka benar-benar menginginkan kehancuran muslimin. Benar-benar musuh dalam selimut, duri dalam daging, dan musang berbulu domba, sangat berbahaya.
Mereka sudah mengadakan perjanjian untuk melawan orang luar madinah yang menyerang madinah, tapi mereka justru memfasilitasi musuh Islam untuk menyerang muslimin. Hati mereka benar-benar menginginkan kehancuran muslimin. Benar-benar musuh dalam selimut, duri dalam daging, dan musang berbulu domba, sangat berbahaya.
Jika kaum Muslimin memperoleh kemenangan atau memiliki sesuatu yang dapat menguntungkan bagi orang-orang munafik maka ia segera bergabung dengan mereka dan meminta bagian dari kemenangan dan keuntungan tersebut. Namun jika kekalahan yang diderita oleh kaum muslimin maka mereka meninggalkan kaum muslimin dan bergabung dengan kaum kuffar dengan harapan dapat memperoleh bagian dari kemenangan kaum kuffar.
Bahaya orang munafik merupakan suatu hal yang tak dapat dipungkiri. Di hadapan musuh, mereka menceritakan bahwa Islam dan umatnya sebagai ajaran dan umat yang jelek dengan buruk, akibatnya Islam dan umatnya menjadi bahan olok-olok, cercaan dan hinaan. Sementara di hadapan umat Islam mereka menampakkan iman di luar, sementara kekufuran tumbuh subur dalam hatinya.
Dilemanya, mau diperangi mereka mengaku saudara, tidak diperangi mereka malah merusak. Hanya kepada Allah sajalah kita mohon kekuatan dan perlindungan dari tipu daya dan bahaya nifak dan orang-orang munafik. Hanya kepada Allah semata kita meminta dan mencari kemuliaan di dunia dan akhirat. Aamiin. Wallahu A'lam. (ASHA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar disini !